DOA KAMPUNG DI LAMIN GALA PUNCAK BUKIT BATUAH 2
Doa Rampung
Langsung Kecipratan ‘Uang’
Gelaran doa kampung Bukit Batuah Kelurahan Graha Indah,
Kecamatan Balikpapan Utara Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur
berlangsung maju lancar, Kamis 10 September 2020.
Awan gelap memayungi, menemani doa kampung. Di antaranya
ada yang datang menggunakan busana sarungan, baju koko berkopiah atau ada juga
yang berkaos oblong, semua berbeda-beda namun satu kesatuan dalam keakraban.
Saya minggu ini yang kena piket, bersedia penuhi berbagai
keperluan untuk kelancaran doa kampung Bukit Batuah, Kota Balikpapan.
Sebuah kehormatan menjadi penanggungjawab kelancaran
kegiatan doa kampung, namun secara pribadi mohon maaf bila dalam penyajian
logistik dan kesiapannya dianggap kurang maksimal.
Saya pribadi memilih tempat doa kampung di Lamin Gala
Puncak karena tema yang diangkat lebih kepada doa bagi semua, doa untuk semua
warga masyarakat yang bertempat tinggal di Bukit Batuah Balikpapan.
Rapal ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa ini lebih kepada
doa keselamatan dunia dan akhirat, dijauhkan dari segala bala dan penyakit
seperti wabah Corona bagi warga masyarakat yang ada di Bukit Batuah Balikpapan.
“Semoga kita selalu sehat, dijauhkan dari segala bala dan
musibah serta diberikan kesabaran dan kekuatan oleh Allah,” tulis Ardiansyah,
sang inisator doa kampung di Lamin Gala Puncak, Bukit Batuah Balikpapan.
Kegiatan doa kampung berlangsung sekitar pukul 20.00
Wita, ada 11 orang yang datang ke acara berdaya guna ini yakni saya sendiri, Marwan
Natsir, Azhar Daeng, Sugeng Wahyono, Bagus Pio, Ardiansyah, Jamalludin, Sulistio
Stev, Septiansyah, Wiwin Khairan, dan Dwi Tulungagung.
Selesai berdoa, dilanjutkan obrolan berbagai hal di
antara warga yang datang. Bubarnya perkumpulan lantaran memang ada hujan,
mengguyur Bukit Batuah Balikpapan, ini terjadi saat mau mendekati jam 22.00
Wita.
Momen hujan merupakan berkah. Doa kampung membawa hasil,
dijawab oleh Tuhan, diberikan rezeki, selalu bersyukur tiada akhir.
Bagi saya pribadi dan mungkin sebagian besar orang di
Bukit Batuah Balikpapan, hujan adalah rezeki yang diberikan dari Tuhan, turun
dari langit, hujan menjadi sumber kehidupan.
Buat saya pribadi, hujan turun bisa saya tampung, menjadi
sumber air bersih buat mandi, cuci, siram tumbuhan, dan pengairan kolam ternak ikan
di kediaman. Persoalannya, jika hujan absen, mau tidak mau harus membeli air
eceran.
Harganya itu bisa kena Rp 80 ribu satu tandon ukuran 1200 liter dan ada juga yang membeli air sumur bor Rp 40 ribu ukuran tandon 1200 liter. Luar biasa kan? Saya berasa kayak orang tajir melintir, uang dibuang buat beli air saja.
Tidak Lagi Direpotkan
Jadi jika hujan turun maka tandon penuh, melimpah ruah air. Tandon rumah penuh maka saya tidak perlu lagi repot-repot harus keluarkan lembaran rupiah di saku celana saya yang bermerek dari buatan dalam negeri.
Analoginya, hujan turun deras dengan intensitas durasi
panjang, sama saja saya dapat kecipratan uang. Ya uang, tahu kan uang itu apa? Doi
kalau orang Manado bilang, doku kalau istilahnya orang Jakarta hehe
Ibaratnya, zaman sekarang itu, barang siapa yang sering
kali kena cipratan uang, pasti imun tubuhnya akan keren, badannya jadi tidak
rawan terserang virus Corona. Ditempel dijidat itu doi, demam hilang deh. Hehe
Alhamdulillah, puji Tuhan. Ya Allah, setiap hari saja ya selalu
hujan di Bukti Batuah Balikpapan. Semoga saya bisa jadi OKB atau Orang Kaya Baru
karena bisa hemat, tidak perlu keluar banyak untuk belanja air. Hehehe
“Usai doa kampoeng, ‘uang’ langsung turun, panen air bro.
Thanks God,” tulisku di sebuah grup WhatsApp eksluksif Gala Puncak Bukit
Batuah.
Demikianlah cerita doa kampung Bukit Batuah Balikpapan, temukan
cerita di espiode selanjutnya. Mohon maaf seribu kata, bila ada salah atau makna
yang tersirat dalam tulisan blog ceritailo ini.
Semua yang ditulis disini bukan mermaksud untuk senggal
senggol seseorang tertentu, namun ini semua buat diri saya sendiri, dipakai
buat saya sendiri. Salam persaudaraan. Cahyo, hip hip hore. (ilo)
Komentar
Posting Komentar