POHON AKASIA BUKIT BATUAH BALIKPAPAN MENGGUGAT
Pohon Akasia Bukit Batuah Balikpapan Menggugat!
Pagi itu, muncul peristiwa yang menyayat hati, memilukan!. Mengerinyatkan dahi. Air mata kesedihan tumpah, pikiran pun jadi kacau, jemari tangan hanya bisa memeras kencang, Minggu 13 September 2020.
Saya dengan kepala mata sendiri, melihat sebuah pohon akasia yang sudah bertumbuh besar di daerah tanah lereng kampung permukiman Pesona Bukit Batuah Kelurahan Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur.
Pohon itu dibasmi, dibacok hingga tumbang, terjatuh menyentuh tanah yang diramaikan rumput semak belukar. Mereka yang tebang pohon itu pelakunya ada dua orang, saya tahu, gaya dan latar belakangnya, hapal dimana rumahnya. Mereka ini melakukan pembalakan liar bukan atas nama perusahaan yang dicap sebagai perusak alam.
Mereka berbuat itu mungkin saja kurang piknik, belum pernah melihat bumi yang sekarang ini mulai sakit lantaran diperparah oleh oknum-oknum corporate, yang sering kali muncul di layar kaca media pemberitaan, merusak hutan.
Nyata, di dunia ini, di lingkungan skala terkecil saja ada yang masih tidak tahu apa itu planet bumi yang harusnya kita anggap seperti merawat rahim ibu, rawat kehidupan, memberi ruang tumbuhan dan satwa lainnya.
Satu pohon akasia di lereng Bukit Batuah Balikpapan itu disiksa dengan ayunan lengan tangan bersenjata tajam. Saya berpikir, itu pohon akasia yang sudah tinggi besar tersebut tidak mengganggu jaringan kabel listrik. Sebab posisinya jauh dari kabel. Kenapa harus di almarhumkan secara paksa?
Tadinya saya mau tegur dan melarang atas aksi tersebut tapi posisi saya bukan pentolan pengurus Blok Tunggal dan masih bocah secara usia, takutnya orang tersebut yang usianya tua dari saya, nanti tersinggung jika saya ingatkan, takut dibilang belagak suci, sok "penceramah."
Pernah sekitar tiga bulan yang lalu, orang ini melakukan hal yang sama, saya ingatkan waktu itu di depan rumahnya saat malam hari, lalu dijawab olehnya "Saya tidak suka kalau ada pohon-pohon itu." Dan kini kumat lagi, tebang pohon lagi, aduhai bikin gemes saja ini orang.
Pohon akasia yang tumbuh di lereng bukit sangat bermanfaat bagi kami di Gang Lima Bukit Batuah dan keseluruhan umat manusia, dan satwa yang sudah hidup harmonis bersama kami, seperti di antaranya, burung, serangga, tupai.
Sejak ada pohon akasia tersebut berguna sebagai penahan erosi, penyedia udara oksigen, penangkal terpaan sinar ultra violet, penyejuk lingkungan, dan penangkal angin kencang, dan buat enak dipandang mata ketimbang tanah gersang.
Sekarang pohon akasia sudah ambruk, dikudeta tanpa proses demokrasi, ditebang dengan mengabaikan suara-suara rakyat. Kami sedih. Semoga ke depan tidak lagi terulang. Pohon adalah kehidupan. Cintai pohon, berarti mementingkan anak cucu cicit kita ke depan.
Saya pribadi juga merasa berdosa, saya akui saya juga salah. Sebab rumah yang saya tempati sekarang ini adalah dahulu hutan, tempat tumbuhan dan satwa tergusur lantaran menjadi permukiman penduduk, jadi komplek perumahan Jokowi.
Karena itu, sebagai penebus dosa saya, ingin rasanya ada pohon di ruang ruang tanah yang gersang, ingin kami rawat seperti anak saya. Pohon adalah keluarga, jika hilang dibunuh, sedihnya teramat dalam.
Makanya pohon selalu saya jaga, bahagia bila bertumbuh
subur makmur. Saya percaya, sesudah kehidupan di muka bumi, ada arena keadilan
yang seadil-adilnya itu benar-benar ada. Siapa yang menuai, kelak Tuhan akan
mengadilinya. (ilo)
Komentar
Posting Komentar