AIR LANGIT BALIKPAPAN

Air Langit Balikpapan

Selama dua hari, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur diguyur hujan deras. Dilanjutkan hari ketiga, memulai pagi hari, Kota Balikpapan dilanda hujan sedang dengan intensitas tinggi, Kamis 25 Maret 2021.

Bagi sebagian orang, hujan yang berturut-turut, apalagi dengan volume yang melimpah, bisa dianggap menjadi pembawa pesan, mengenai keserakahan manusia. Bernama banjir, hujan datang, banjir tidak terhindarkan.  

Hujan terus-menerus, di beberapa titik tertentu di Kota Balikpapan, dilanda genangan air alias banjir. 

Lantas banjir didefinisikan sebagai bencana alam. Padahal, banjir itu pembawa pesan, atau sabda alam.


Dibalik banjir ada makna tersirat, “Hai manusia, kalian telah serakah, memberantas pohon, membakar sampah sembarangan, melapisi tanah dengan beton secara masif.” Inilah pernyataan sederhananya, yang terjadi di sekitar kita.

Hujan disalahkan. Kenapa bisa disalahkan sih? Coba dipikir secara jernih!  

Jelas-jelas air hujan itu bening, suci bersih, belum terkontaminasi cemaran kimia pabrik. Air hujan itu segar, tidak menimbulkan penyakit, bukan seperti halnya asap bakaran sampah, asap pabrik, dan rokok.

Hujan difitnah jadi provokatornya peristiwa sengsara; longsor dan banjir.

Hujan yang bukan menebang pohon, hujan yang bukan membarakan api bakaran sampah, hujan yang bukan membangun perumahan dan gedung, kok jadi biang keladi banjir dan longsor?  

Bukan Salahku

Apa daya sang hujan tidak bisa eksepsi melakukan pembelaan. Andai memiliki mulut dan suara, hujan tentu akan menegaskan, “Bukan salahku, ini semua ulah kalian wahai manusia.”

Bagi sebagian orang, hujan itu rahmat, hujan itu simbol uang. Tiada diundang, meski diharap-harap, hujan bisa datang secara tiba-tiba, rezeki menempel ke saku celana.

Satu di antaranya, warga yang bermukim di Pesona Bukit Batuah kawasan Gala Puncak, Kelurahan Graha Indah, Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.

Hujan tidak disia-siakan, air hujan ditampung dalam wadah yang besar. Hujan membawa kegembiraan, hujan menjadi semacam pahlawan kesejahteraan bagi rakyat, kalah jauh sepak terjang mereka para politisi partai politik.

Air hujan bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam, untuk mencuci pakaian, siram tanaman, digunakan mandi, dan tidak disarankan untuk keperluan konsumsi air minum sebab tidak layak secara ilmu kesehatan.

Terima kasih Tuhan, tiada kenal lelah menurunkan hujan, memberi kesejahteraan bagi semua mahkluk; hewan, tumbuhan, dan manusia. Allahu Akbar. (ilo)

www.budisusilo85.blogspot.com

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GAYA HIDUP CINTA MANGROVE KAMPUNG NELAYAN BERDASI

Kibar Merah Putih Perdana di Balikpapan

MEMBANGUN DEMOKRASI BUKIT BATUAH BALIKPAPAN